A. Pengertian atau Definisi Kemiskinan
Soekanto (1995:406)
berpendapat bahwa kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
B. Penyebab Terjadinya Kemiskinan
Kemiskinan merupakan
masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah-tengah masyarakat, khususnya di
negara-negara berkembang. Kemiskinan senantiasa menarik perhatian berbagai
kalangan, baik para akademisi maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan
pendekatan pun terus menerus dikembangkan untuk menyibak tirai dan mungkin
“misteri” mengenai kemiskinan ini.
Dalam konteks masyarakat
Indonesia, masalah kemiskinan juga merupakan masalah sosial yang senantiasa
relevan untuk dikaji secara terus menerus. Ini bukan saja karena masalah
kemiskinan telah ada sejak lama, melainkan pula karena masalah ini masih hadir
di tengah-tengah kita dan bahkan kini gejalanya semakin meningkat sejalan
dengan krisis multidimensional yang masih dihadapi oleh Bangsa Indonesia.
Meskipun pembahasan kemiskinan pernah mengalami tahap kejenuhan sejak
pertengahan 1980-an, upaya pengentasan kemiskinan kini semakin mendesak kembali
untuk dikaji ulang. Beberapa alasan yang mendasari pendapat ini antara lain
adalah:
Pertama, konsep kemiskinan
masih didominasi oleh perspektif tunggal, yakni “kemiskinan pendapatan” atau
“income-poverty” (Chambers, 1997). Pendekatan ini banyak dikritik oleh para
pakar ilmu sosial sebagai pendekatan yang kurang bisa menggambarkan potret
kemiskinan secara lengkap. Kemiskinan seakan-akan hanyalah masalah ekonomi yang
ditunjukkan oleh rendahnya pendapatan seseorang atau keluarga untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Kedua, jumlah orang miskin
di Indonesia senantiasa menunjukkan angka yang tinggi, baik secara absolut
maupun relatif, di pedesaan maupun perkotaan. Meskipun Indonesia pernah dicatat
sebagai salah satu negara berkembang yang sukses dalam mengentaskan kemiskinan,
ternyata masalah kemiskinan kembali menjadi isu sentral di Tanah Air karena
bukan saja jumlahnya yang kembali meningkat, melainkan dimensinya pun semakin
kompleks seiring dengan menurunnya kualitas hidup masyarakaat akibat terpaan
krisis ekonomi sejak tahun 1997.
Ketiga, kemiskinan
mempunyai dampak negatif yang bersifat menyebar (multiplier effects) terhadap
tatanan kemasyarakatan secara menyeluruh. Berbagai peristiwa konflik di Tanah
Air yang terjadi sepanjang krisis ekonomi misalnya, menunjukkan bahwa ternyata
persoalan kemiskinan bukanlah semata-mata mempengaruhi ketahanan ekonomi yang
ditampilkan oleh rendahnya daya beli masyarakat, melainkan pula mempengaruhi
ketahanan sosial masyarakat dan ketahanan nasional.
Secara umum ada beberpa
faktor yang menyebabkan terjadinya msalah kemiskinan, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Rendahnya tingkat
pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang memadai yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan taraf hidup individu tersebut serta mampu memenuhi kebutuhannya.
Rendahnya tingkat pendidikan seseorang dapat memicu terjadinya kemiskinan. Hal ini karena individu tersebut tidak memiliki pengetahuan atau pendidikan, keterampilan yang memadai yang dapat digunakan untuk mencari penghasilan dan dapat menaikkan taraf hidup individu tersebut serta mampu memenuhi kebutuhannya.
2. Kurangnya kreativitas
individu
Jika seseorang dapat menggunakan kretivitasnya, tidak dipungkiri mereka dapat
memiliki penghasilan yang dapat menaikkan taraf hidup mereka. Mereka dapat
menggunakan sarana prasarana dan segala aspek yang ada untuk mencari dan
mendapatkan sumber penghasilan.
3. Tingkat kelahiran yang tinggi
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap masih mampu menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin. Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
Tingkat kelahiran yang tinggi ini juga dapat memicu terjadinya kemiskinan di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran biaya yang lebih besar, sehingga dapat dimungkinkan harta kekayaannya lama kelamaan akan terkuras. Namun hal ini berbeda untuk kelompok sosial yang memiliki penghasilan yang cukup bahkan lebih atau tetap. Mereka menganggap masih mampu menghidupi anggota keluarganya. Maka mereka tidak dianggap sebagai kelompok sosial miskin. Hal ini tampak sebagian besar di kota-kota besar.
4. Pengaruh lingkungan hidup atau tempat
tinggalnya
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada di lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam kelompok tersebut adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam gelombang kebodohan atau kelompok yang anggota kelompoknya senantiasa malas untuk bekerja.
Lingkungan hidup dapat mempengaruhi tingkat kemiskinan. Seseorang yang berada di lingkungan miskin pasti akan ikut terbawa arus kemiskinan. Apalagi individu-individu dalam kelompok tersebut adalah individu-individu yang tidak mampu mengurusi dirinya sendiri dan tidak mampu memenuhi kebutuhannya serta berada dalam gelombang kebodohan atau kelompok yang anggota kelompoknya senantiasa malas untuk bekerja.
5. Keturunan
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas. Individu yang berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan memyebabkan ia ikut miskin. Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala kebutuhannya, sehingga mereka menganggap kehidupannya adalah takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga kurang adanya kemauan dan usaha untuk mengubah keadaannya.
Tingkat ekonomi dari kelompok sosialnya dapat mempengaruhi dengan jelas. Individu yang berasal dari golongan miskin, tidak menutup kemungkinan akan memyebabkan ia ikut miskin. Karena orang tuanya tidak mampu mencukupi segala kebutuhannya, sehingga mereka menganggap kehidupannya adalah takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Sehingga kurang adanya kemauan dan usaha untuk mengubah keadaannya.
Hal-hal lain yang tampak nyata menyebabkan kemiskinan
banyak terjadi di kota-kota besar yaitu antara lain arus urbanisasi. Banyak
para urban dari desa datang ke kota, kebanyakan dari mereka bertujuan mencari
pekerjaan. Namun banyak juga dari mereka gagal mendapatkan pekerjaan, karena
mereka tidak memiliki keahlian atau keterampilan tertentu untuk bekerja di
kota.Dan juga mereka tidak mempunyai sanak famili yang tinggal di kota.
Sehingga hidupnya terkatung-katung tidak menentu, dan merekapun hidup di tempat
yang tidak layak dihuni. Dan menyebabkan tingkat kemiskinan di kota meningkat,
karena mereka tidak memiliki penghasilan dan tidak dapat memenuhi segala
kebutuhannya.
Sadar bahwa isu kemiskinan merupakan masalah sosial
yang senantiasa aktual, pengkajian konsep kemiskinan merupakan upaya positif
guna menghasilkan pendekatan dan strategi yang tepat dalam menanggulangi
masalah krusial yang dihadapi Bangsa Indonesia dewasa ini.
C. Kemiskinan sebagai Masalah Sosial
Menurut sejarah, keadaan
kaya dan miskin secara berdampingan tidak mrupakan maslah sosial sampai saatnya
perdagangan berkembang dengan sangat pesat dan timbulnya nilai-nilai sosial
yang baru. Dengan berkembangnya perdagangan ke seluruh dunia dan ditetapkan
tarf kehidupan tertentu sebagai suatu kebiasaan masyarakat, kemiskinan muncul
sebagai masalah sosial. Pada waktu itu individu sadarakan kedudukan ekonominya,
sehingga mereka mampu untuk mengatakan apakah dirinya kaya atau miskin.
Kemiskinan dianggap sebagai masalah sosial, apabila perbedaan kedudukan ekonomi
para warga masyarakat ditentukan secara tegas.
Pada masyarakat modern
yang kompleks, kemiskinan menjadi masalah sosial karena sikap membenci
kemiskinan tersebut. Seseorang bukan merasa miskin karena kurang makan,
pakaian, dan perumahan. Namun karena harta miliknya dianggap tidak cukup untuk
memenuhi taraf hidupnya yang ada. Hal ini terlihat di kota-kota besar di
Indonesia, seperti Jakarta. Seseorang dianggap miskin karena tidak memiliki
radio, televisi, atau mobil. Sehingga lama kelamaan benda-benda sekunder
tersebut dijadikan ukuran bagi keadaan sosial ekonomi seseorang, yaitu apakah
dia miskin atau kaya. Dengan demikian, persoalannya mungkin menjadi lain, yaitu
tidak adanya pembagian kekayaan yang merata.
D. Dampak yang Ditimbulkan Akibat Kemiskinan
Masalah kemiskinan yang
terjadi akan menimbulkan dampak atau akibat yang dapat terjadi yaitu
meningkatnya tingkat kriminalitas. Kriminalitas disini yang sering terjadi
antara lain adalah pencurian, pencopetan, perampokan, dan lain-lain. Alasan
mereka melakukan hal itu adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, karena
mereka tidak mempunyai penghasilan untuk mencukupi kebutuhannya. Seseorang
cenderung melakukan apa saja jika terdesak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baik itu dengan cara halal maupun tidak. Sehingga tingkat kriminalitas di
kota-kota besar meningkat.
Selain meningkatkan
kriminalitas, kemiskinan juga dapat menyebabkan tingkat kesehatan dan Sumber
Daya Manusia (SDM) semakin rendah. Hal ini terjadi karena masyarakat miskin
cenderung kesulitan pula dalam memenuhi kebutuhan makan mereka. Sehingga
kandungan gizi yang ada pada makanan yang biasa dikonsumsiny setiap hari
kurang, atau bahkan sudah tidak layak konsumsi. Akibatnya, kesehatan mereka
terganggu dan tingkat kesehatannya semakin menurun.
Sementara tingkat SDM atau
pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang semakin menurun, dapat
disebabkan karena mereka sulit untuk bersekolah atau menyekolah anak mereka
(sebagai orang tua), sehingga pendidikan mereka pun tidak jauh berbeda dengan orang
tua mereka. Padahal pemerintah juga telah banyak menetapkan peraturan dan
program-program yang bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan dan agar
masyarakat miskin masih tetap bisa bersekolah atau menerima pendidikan hingga
di Perguruan Tinggi sekalipun. Namun mungkin semua itu tetap terjadi karena
beberapa di antara bantuan yang diberikan kepada masyarakat miskin tidak tepat
sasaran.
E. Cara Mengatasi Masalah Kemiskinan
Untuk mengatasi masalah
kemiskinan, sebenarnya pemerintah telah berusaha mengentaskan kemiskinan yang
senantiasa terjadi, khususnya di Indonesia yang termasuk negara berkembang.
Namun masalah ini tak kunjung usai, masih saja melanda sebagian besar
masyarakat. Entah karena faktor masyarakat atau individunya ataupun
pemerintahnya. Namun sejauh penulis ketahui, kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi. Masyarakat yang etos kerja dan kemauan untuk lebih majunya rendah
bahkan tidak ada, kebanyakan mempunyai sifat pemalas dan hanya mau terima jadi
tanpa mau berusaha. Untuk mengatasi masalah ini, seharusnya pemerintah dan
masyarakat saling bekerja sama. Pemerintah jangan hanya memberi bantuan berupa
uang tunai atau bahan makanan saja. Namun juga memberi pengarahan dan
pembekalan atau ketrampilan tertentu untuk masyarakat miskin, agar dapat
memiliki kemampuan dan ketrampilan untuk bekerja tanpa dipungut biaya. Sehingga
mampu bekerja dan menghidupi keluarga tanpa menggantungkan hidupnya pada
pemerintah. Untuk masyarakat sendiri diharapkan mampu melaksanakan program
tersebut dengan sungguh-sungguh dan meningkatkan etos kerja. Sehingga tujuan
utama dari program pengentasan kemiskinan yang sudah lama melanda sebagian
masyarakat dapat teratasi. Dan masalah kemiskinan akan dapat berkurang bahkan
hilang sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar